Sudah Cuci Tangan,Dok?
Wednesday, 11 November 2009
HIDUP BERSIH, Membiasakan diri menjaga kebersihan dimulai dari diri 
sendiri, salah satunya dengan rajin mencuci tangan baik dengan sabun 
atau produk pencuci tangan yanga aman dan higienis. Gerakan mencuci 
tangan ini akan terus digalakkan kepada masyarakat, termasuk menjadi 
tema utama dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) .
SETIAP pasien yang dirawat di rumah sakit berhak diselamatkan dan 
mendapat perawatan optimal tanpa ancaman infeksi susulan yang didapat di 
rumah sakit.Salah satu kuncinya adalah menjaga kebersihan tangan.
“Sudah cuci tangan,Dok?”.Sebuah pertanyaan yang amat wajar, namun masih 
jarang ditanyakan pasiensetiapkalisangdokterakanmemeriksa 
kesehatannya.Banyak pasien yang enggan,malu,dan ragu untuk bertanya 
karena takut sang dokter akan marah atau tersinggung.
Di Indonesia,hubungan pasiendokter juga acap masih terasa kaku. Pasien 
umumnya hanya datang, duduk, ditanyai keluhannya, diperiksa, lalu 
tahu-tahu dokter sudah menuliskan resep.Kurangnya pengetahuan membuat 
pasien menjadi pasif dan percaya apa pun diagnosis dan tindakan medis 
yang diberikan.
Di sisi lain,dokter sendiri pun terkadang enggan membangun komunikasi 
mendalam. “Kalau di luar negeri seperti Inggris, pasiennya kritis 
bertanya. Sebelum dokter bertanya, mereka sudah tanya duluan: ‘Dok, 
betul mau periksa saya? Sudah cuci tangan belum?’.Jadi tidak ada gap 
dalam hubungan pasien-dokter,”ujar Dr Adib A Yahya MARS dari Perhimpunan 
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi).
Empowering atau memberdayakan pasien sangat penting untuk meminimalisasi 
kesalahan medis (medical error). Inilah saatnya mengubah paradigma dari 
pasien yang semula cenderung “pasif” menjadi pasien cerdas,aktif 
bertanya, bahkan mengingatkan petugas medis semisal dalam hal sederhana 
seperti mencuci tangan tadi.
Lembaga kesehatan dunia WHO juga cukup concern perihal layanan kesehatan 
yang aman (safe care) atau disebut patient safety (keselamatan pasien). 
Pada Oktober 2004,WHO dan berbagai lembaga mendirikan World Alliance for 
Patient Safety yang tujuannya antara lain menurunkan morbiditas,cidera 
dan kematian pasien.
Konsensus perihal keselamatan pasien terkini menawarkan sembilan solusi 
keselamatan pasien rumah sakit (RS), salah satunya adalah meningkatkan 
kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi 
nosokomial,yakni infeksi yang terjadi akibat pelayanan kesehatan di 
rumah sakit. Bayangkan, di rumah sakit terdapat banyak jenis obat, jenis 
pemeriksaan dan prosedur,serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang 
cukup banyak.
Kondisi yang demikian tentu potensial bagi terjadinya kesalahan. 
Selang,peranti pembedahan, tabung napas, bahkan sarung tangan dapat 
menjadi media penginfeksi jika pemakaian dan perawatannya tidak benar. 
Jadi,waspadalah karena risiko infeksi mengintai pasien, pengunjung, 
termasuk petugas RS.Infeksi juga dapat berdampak pada tercemarinya air 
dan sirkulasi udara di RS.
Di luar negeri, angka kasus infeksi nosokomial sebuah rumah sakit 
menjadi pertimbangan dalam pemilihan rumah sakit oleh pasien. Guru Besar 
Kedokteran dan Epidemiologi RS dari Jenewa, Swiss, Didier Pitet 
mengungkapkan, infeksi nosokomial berdampak besar terhadap keselamatan 
pasien. Menurut Pitet, infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta kematian 
setiap hari di seluruh dunia.
Studi yang dilakukan WHO di 55 RS di 14 negara juga menunjukkan bahwa 
8,7% pasien RS menderita infeksi selama menjalani perawatan di RS. 
Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien di RS 
terserang infeksi nosokomial. Padahal, sekitar sepertiga dari penyakit 
yang disebabkan infeksi nosokomial sebenarnya dapat dicegah.
Rumah sakit adalah tempat di mana orang-orang sakit berkumpul dalam 
suatu area terbatas dan mereka membawa berbagai sumber infeksi, beberapa 
bahkan sangat serius. Ini berarti kuman-kuman yang menjijikkan tersebar 
di berbagai penjuru rumah sakit.Mereka bersembunyi di berbagai permukaan 
dinding, toilet, gelas, baki tempat obat, peralatan medis bahkan selang.
Dari semuanya itu, kuman paling suka bersembunyi di tangan yang kotor. 
Kuman ini kasatmata sehingga tangan yang tampak bersih pun belum tentu 
bebas kuman. Tangan merupakan organ paling sering digunakan dalam 
penanganan medis di rumah sakit. Padahal, kuman atau virus penyebab 
infeksi dapat berpindah melalui kontak tangan.
Manakala tangan dokter, perawat atau petugas kesehatan lainnya menyentuh 
suatu objek berkuman di rumah sakit dan tidak mencuci tangannya dengan 
benar, besar kemungkinan kuman akan menyebar ke pasien lainnya, ke 
pengunjung rumah sakit ataupun sesama petugas kesehatan itu sendiri.
Pitet mengungkapkan,petugas kesehatan di RS harus rajin mencuci 
tangannya, terutama pada lima waktu utama. Kelima momen ini adalah 
sebelum memegang pasien; sebelum melakukan pembersihan atau aseptik 
(suatu prosedur atau teknik yang mengupayakan tidak terdapat kontaminasi 
organisme lain dalam pekerjaan medis yang sedang dilakukan); setelah 
memegang atau memeriksa pasien; setelah kontak dengan bendabenda di 
sekitar pasien; dan setelah terpapar cairan yang terhubung langsung ke 
tubuh pasien semisal cairan infus.
“Kebersihan tangan merupakan kunci menurunkan risiko infeksi. WHO 
melalui Patient Safety Initiative 2009 juga telah mencanangkan gerakan 
Save lives: Clean your hands, untuk periode 5 Mei 2009–2020,” beber pria 
yang juga menjabat Dewan Penasihat Aliansi Dunia untuk Keselamatan 
Pasien. Infeksi nosokomial jangan dianggap remeh karena bisa mematikan.
Di Jerman misalnya, dalam setahun terdapat lebih dari setengah juta 
kasus infeksi nosokomial, dengan 40.000 kematian.Beberapa kasus infeksi 
nosokomial tersering adalah infeksi saluran kemih, pneumonia,dan luka 
pascaoperasi. Selain mencuci tangan dengan sabun dan air 
mengalir,petugas kesehatan di RS saat ini sudah banyak yang mengantongi 
cairan pembersih tangan praktis berbasis alkohol (alcohol hand rub).
Wujudnya berupa cairan,gel,atau busa dalam botol mini yang bisa 
dikantongi di baju sehingga bisa digunakan setiap saat.Cairan 
disinfektan ini mudah menggunakannya. Cukup dituang ke tangan (atau 
sampai siku) lalu digosok-gosokkan merata setidaknya selama 30 detik. 
(inda susanti)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/283333/

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar